Selasa, 20 Oktober 2015

PERBEDAAN

Senyum ini selalu ada di setiap detik dirinya menatapku, entah apa yang aku fikirkan aku hanya mampu tersenyum saat mendengar dirinya mengatakan “aku sayang kamu. Mau kah kamu menjadi pacarku?”
Tak mampu ku menjawab rasa bingung pun menderaku baru dua kali kita ketemu, baru dua kali kita jalan bareng dia sudah berani mengatakan cinta padaku. Mungkinkah ini cinta sesaat atau hanya pelampiasaan hatinya. Tapi sekali lagi dia mengatakan kata-kata cinta itu dan meyakinkan ku bahwa dia benar-benar jatuh cinta padaku sejak pertama kali dia bertemu. Dan kali ini aku mulai percaya kata-katanya karena dia mengatakannya dengan tatapan tulus penuh cinta. Aku pun mencoba meyakinkan hati ku bahwa benar dia yang mampu mengobati luka lamaku. Dengan lantang pun aku menjawab “iya aku mau jadi pacarmu”.
Senyum gembira itu pun merekah dari bibirnya yang merah alami lalu dia pun menggenggam tanganku erat dan mencoba meyakinkan bahwa memang dia yang selalu ada di saat aku susah maupun senang. Aku hanya mampu tersenyum, dan tersenyum. Lelaki berperawakkan tinggi besar dan berkulit putih ini yang mampu meluluhkan hati ku yang membeku setelah satu tahun. Ardi nama pria itu nama yang selalu menemani ku di hari-hari selanjutnya nanti. “sayang, jangan lupa makan y…? aku gak mau kalo sampe maag kamu kambuh lagi” ucap ardi saat aku mengangkat telfon darinya yang terdengar setengah khawatir. mungkin karena seharian ini aku tak memberi kabar kepadanya karena aku sangat sibuk dengan kegiatan di kampus, maklum lah saat ini aku tercatat sebagai salah satu mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ku.
“iya sayang sebentar lagi ya aku makannya naggung ne…..ok sayang?” jawabku dengan nada sedikit manja.
“ iya terserah yang pasti aku gak mau gara-gara kamu terlalu sibuk kamu jadi sakit” ucapnya masih dengan nada setengah khawatir.
“iya sayang, aku pasti makan kok. Kamu sendiri udah makan belum?” Tanya ku pada ardi.
“udah tadi. Ya sudah sekarang kamu lanjutin ajja dulu pekerjaan kamu nanti kalau udah selsai aku telfon lagi.” Ardi pun menutup telfonnya aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku tapi ntah mengapa tiba-tiba terlintas sesuatu fikiran yang sebenarnya tak pernah aku perdulikan setelah 1 bulan lebih aku menjalani hubungan bersama Ardi.
Keyakinan y….keyakinan kami berdua memang berbeda sebenarnya selama ini kami tak pernah mempermasalahkan soal keyakinan kami yang berbeda selama ini kami saling bertoleransi dengan keyakinan masing-masing bahkan kami saling mengingat kan satu sama lain agar tidak lupa untuk beribadah dan orang tua ku juga tidak mempermasalahkan hubungan kami yang berbeda keyakinan.
Tapi entah mengapa malam ini terlintas fikiran ini seperti beban yang menumpuk di kepalaku terasa berat hingga ku tak mampu memikulnya. “happy britday” hari ini adalah hari ulantahun ku yang ke-18 tahun inbox handphone atau pun inbox e-mail ku penuh dengan ucapan dari teman-temanku.
Tapi mengapa tak ada satu ucapan dari Ardi padahal aku berharap dia lah menjadi orang pertama yang mengucapkan “happy britday”. ke mana dia??? Sudah satu minggu ini sifatnya tag seperti Ardi yang kukenal dulu, tag seperti Ardi 2 bulan yang lalu yang mengatakan cinta padaku. Padahal s’ingat ku kami tidak sedang bertengkar bahkan kami tak pernah bertengkar sama sekali, tapi mengapa sifatnya bisa berubah 180 derajat seperti ini.
Hampir lewat sudah hari yang seharusnya menjadi hari bahagiaku, tapi dia benar-benar tak ada menghubungiku apa yang sbenarnya terjadi apa salahku??. 2 hari setelah hari bahagiaku dia pun masih belum ada memberi kabar padaku apa yang terjadi?? Apa salahku?? Sedang apa dia??? Begitu banyak pertanyaan yang hinggap di kepalaku. Aku pun mencoba menghubunginya dengan segala keberanian yang ku punya. “hallo…..” terdengar suara wanita di seberang sana aku bingung siapa dia??? Hatiku berdebar sangat kencang lalu aku pun memberanikan diri untuk berkata “maaf ini benar handphonenya Ardi Pratama???” tanyaku dengan suara yang bergetar “iya benar. Saya mamanya” mendengar jawaban ini hatiku sedikit lega walaupun hati ku masih sangat berdebar karena bukan ardi yang mengangkat telfonku. Dan mengapa handphone Ardi bisa ada sama mamanya ada apa dengan Ardi?? Lalu aku pun memberanikan diri untuk mulai bertanya.
“ Maaf tante saya Bela temannya ardi bisa saya bicara dengan ardi tante??” tanyaku.
“ouwh…jadi kamu bela??? Tunggu sebentar y….?” jawab mamanya Ardi dengan nada yang sebenarnya gak enak di dengar.
“Halo ada apa bel??” ucap pria di sebrang sana dan itu adalah Ardi, tapi kenapa dia gak panggil aku dengan sebutan “sayang???” Semenjak kita jadian Ardi selalu memanggilku sayang tapi kenapa kali ini dia memanggilku dengan namaku?? BELA???. “sayang, kamu k mana aja sih???tau gak aku kangen banget sama kamu.” Ucapku dengan nada senang karena aku sudah mendengar suara Ardi yang ternyata memang baik-baik saja. “ maaf bel, beberapa hari ini aku gak ada kasih kabar ke kamu” belum selesai Ardi berkata aku segera memotong ucapan Ardi “ udahlah gak papa sayang. Malam ini keluar yuk…. Udah lama kita gak keluar bareng aku pengen dinner sama kamu” ucapku. “ Maaf bel…aku gak bisa tapi nanti malam aku mau ke rumah kamu boleh y…?? aku pengen ngomong sesuatu” ucapnya dengan nada lesu dan aku mulai curiga walaupun dia belum mengatakan masalah apa yan ingin di bicarakannya air mataku sudah mengalir deras. Dan sebenarnya aku sudah ada firsat lain. “ehmp…iya boleh aja aku tunggu kamu y” lalu aku pun menutup telfon ku karena aku sudah tak mampu berkata karena firasat ku begitu kuat kalau dia akan mengatakan sesuatu yang sebenarnya tak ingin ku dengar. “kamu mau ngomong apa sih sayang???” dengan mata merah aku memberanikan untuk menatap Ardi yang saat itu sudah duduk di sofa ruang tamu rumahku. Lalu Ardi pun memeluk tubuhku erat dan berkata “Selamat ulang tahun sayang. Maaf aku telat ngucapinnya.” Ucap Ardi dengan nada yang bergetar, dan aku pun sudah tak mampu menahan air mataku yang deras mengalir keluar dari pelupuk mataku.. “iya gak papa sayang aku bisa maklum mungkin kamu lagi sibuk” dengan suara tersendat aku berkata.
Masih dengan pelukkan eratnya dia berkata ”sayang maaf y…kalau selama ini aku ada salah sama kamu. Sebenarnya kamu udah tau kan aku mau ngomong apa sekarang sama kamu karena aku tau felling kamu sangat kuat.” Sungguh tak mampu aku mendengar lanjutan kata-katanya aku hanya mampu menangis dan memeluk lebih erat lagi. “Aku mau kita Putus bel, sebenarnya aku gak mau dan gak mampu kalo harus pisah dari kamu. Tapi ini bukan kemauan aku bel. Ini kemauan orangtua ku karena mereka tau kalau hubungan kita adalah hubungan dengan beda keyakinan dan mereka ingin aku udah mulai berhubungan serius.” Ucap Ardi dengan nada yang sangat bergetar.
Aku pun tak kuasa mendengarnya dan hanya mampu berdoa kalau ini hanyalah mimpi atau waktu dapat tiba-tiba berhenti berputar. “Maaf bel…… itu yang menyebabkan aku beberapa hari ini tidak menghubungi kamu karena aku gak tega harus ngomong ini sama kamu aku sayang kamu bel…aku cinta kamu bel…bahkan aku berharap hanya kamu yang terakhir dalam hidupku maafkan aku bel….hari ini hari terakhir ku di sini besok aku sudah harus masuk asrama bel…” aku semakin tak mampu mendengar kata-katanya aku tau dia selama ini sedang mengikuti test di salah satu sekolah kedinasan di kota kami. “Aku sayang kamu di..gak adakah cara lain agar kita tetap bisa bersama”ucapku dengan nada yang tesendat-sendat. “gak ada bel..aku gak berani ngelawan kemauan orang tuaku bel maaf….s’moga waktu yang dapat menjawab semua doa kita bel….yang pasti aku selalu sayang dan cinta kamu bel…hanya kamu dan untuk kamu bel…” air mataku s’makin deras hingg tak mampu terbendung lagi. Lalu Ardi pun melepaskan pelukkannya dan mengecup keningku. “Aku sayang kamu bel….sekarang aku hanya mampu berdoa agar aku dan kamu mampu melewati semua ini dan waktu segera menjawab penantian kita agar kita dapat bersama lagi” lalu Ardi pun pergi meninggalkan ku yang masih terduduk sedih dengan uraian air mata yang tak mampu tebendung lagi. Kenapa…kenapa harus perbedaan keyakinan yang memisahkan kita… tidak kah kekuatan cinta mampu mengalahkan semuanya??? Aku akan s’lalu menanti mu..menanti kamu kembali memeluk dan mgecupku lagi Ardi Pratama.

Mengalah Cinta Demi Sahabat

Aku adalah seorang remaja yang baru berusia 13 tahun. aku sekolah di suatu sekolah menengah pertama. disini aku mempunyai 4 teman baik, yaitu arumi, shella, putri, dan yasmine. kami sangat kompak.pada suatu hari ada praktek pelajaran di kelasku, dan semua perebuatan untuk pertama. dan aku sudah mengambil ancang* untuk lari, dan duduk di bangku meja guru. lalu aku pun berlari, dan sampai, namun, ketika aku duduk, seseorang juga duduk di bangku itu. yap, kami berdua duduk di bangku yg sama. ternyata seseorang yg duduk itu adalah reza. pada saat itu, kami saling memandang, aku merasakan ada sesuatu yang aneh saat itu, hatiku terasa terkena setrum.
Tapi enatah apa yg ia rasakan. saat itu semua anak sekelas menyorakiku "cieeee" kata mereka kompak, dan terus menerus. lalu akhirnya dia mengalah, dan aku yg di tes duluan.dan setelah itu, sahabatku bilang "cie syelza"kata putri " apaan sih, aku tuh ga suka sama dia " kataku mengelak "oh yaudah" balasnya.sejak saat itu kami berdua sering di ejek. aku gatau aku senang atau kesal.aku tidak berani merasakan rasa ini karena sahabatku putri juga menyukainya. aku tidak tega untuk melukai hatinya.aku dan reza sering smsan dan ngobrol/bercanda bareng. padu suatu saat, aku sedang berdua sama dia saat pulang sekolah untuk pulang bersama. di tengah perjalanan dia menyatakan cinta kepadaku "syel, emhh, aku mau ngomong sama kamu", kata reza, aku menjawab "iya, mau ngomong apa ?"balasku, lalu ia bilang "emhh.. aku, aku "''aku apa?", "emh, aku, suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar aku ? " kata reza. aku bingung mau jawab apa, aku memang suka sama dia, tetapi sahabatku juga suka sama dia, aku ga mau untuk menghancurkan hatinya. aku terdiam. dan akhirmya aku menjawab "emh, ntar dulu deh, aku pikir* dulu" jawabku, lalu dia bilang "yaudah sampai kapanpun aku akan nunggu kamu" kata reza, "ya, makasih ya"
Sejak saat itu aku jadi menjauh darinya, dan diapun merasakan iu, lalu ia bertanya kepadaku "gimana syel, kamu mau ga? aku bener* sayang sama kamu" kata reza. dan ternyata saat reza bilang itu putri dan beberapa teman yang lainnya mendengar.
"ehemm, ada yang lagi tembak*an nih" kata rizky, sahabat reza,
"ciee,udah terima,terima"kata fani. aku diam, aku menatap wajah putri, dan sepertinya ia mengiyakan, tetapi aku tau kalau putri sakit hati. lalu putri meninggalkan kami. aku pergi mengejar putri dia menangis, aku minta maaf sama putri, diapun memaafkanku.lalu aku pegi ke reza dan bicara "kamu bener suka sama aku ?" kataku,
"iya, aku sangat suka aku sangat mencintaimu",
"kalo kamu suka sama aku, kamu jauhin aku, dan kamu lebih baik pacaran sama putri, karna dia benar* mencintaimu" kataku.
"tapi aku sayangnya sama kamu, bukan sama putri, tapi kalo itu mau kamu, yaudah aku akan coba" jawabnya "makasih ya, kamu memang cowok yang baik".lalu sejak saat itu reza mendekati putri,dn setelah beberapa waktu, mereka jadian. aku sedih sekalius senang, aku cemburu setiap mereka berdua. tetapi aku yg memintanya, dan harus bagaimana lagi.setelah itu reza datang padaku, dan ia bilang
"ini kan maumu ? walaupun sekarang aku belum mencintainya, dan aku masih sangat mencintaimu, tapi aku akn berusaha untuk mencintainya" dan sebelum aku bilang apapun, dia sudah pergi meniggalkanku.yah,mungkin inilah resikonya, aku menermanya,walaupun sulit untuk melakukannya.

KEPERGIANMU

Allyssa saufika umari itulah namaku, kalian bisa manggil aku dengan sebutan ify,
Menurut orang-orang yng mengenalku aku adalah wanita yang baik, cantik
Dan memiliki ekonomi yang sangat lebih,
Aku mempunyai seorang kekasih yang bernama MARIO STEVANO ADITYA
HALING, atau biasa dipanggil dengan sebutan rio,
Dia satu sekolah denganku, tapi dia beda kelas denganku,
Yah rio itulah panggilan aku ke dia dan orang-orang yang mengenal dia
Menurutku dia anaknya sangat baik, dan perhatian!
Aku tak pernah menyesal bisa memilikinya!
Waktu pertama dia nembak aku, dia membuat suasana seromantis mungkin
_flash back_
Rio loe mau bawa gw kemana sih, pake acara tutup mata segala lagi
‘’ucapkku kesal kepada rio’’
Ahh udah gak usah bawel deh loe ‘’jawab rio sejutek mungkin’’
#setelah sampai ditempat yang dimaksud, akhirnya saputangan yang digunakan
Untuk menutup mataku pun dilepas, dan saat aku sudah bisa melihat keadaan,
Sungguh kaget’nya aku melihat sebuah taman yang sudah didekorasi
Seromantis mungkin! Dengan lilin yang bernyalakan api dan membentuk
Sebuah hati dan dengan rumput-rumput hijau yang dipenuhi dengan
Bunga mawar yang indah, telah membuat taman tersebut menjadi lebih
Indah.
Akupun langsung menghampiri taman tersebut dan diikuti oleh
Rio dibelakang, dan akupun langsung menjatuhkan badanku diatas
Rumput-rumput hijau tersebut!
WOW YO, INDAH BANGET ‘’kataku pada rio’’
Hahay iya donk, siapa dulu yang mendekorasi nih taman ‘’ucap rio’’
Emang siapa? ‘’tanyaku heran kepada rio’’
Yah gw lah dodol ‘’kata rio sambil melayangkan satu jitakan kepadaku’’
Yah pikir gw siapa yo, tumben amat loe seromantis ini,
Emang ada apa? ‘’ tanyaku lagi’’
Yah fy, massa loe gak maksud sih sama ini semua ‘’jelas rio’’
Emang gak ngerti, emang maksud loe ngajak gw kesini ada apa ‘’tanyaku’’
Gw tuh ngajak loe kesini, karena gw suka sama loe ALYSSA ‘’kata rio
Yang 100% telah membuat aku kaget’’
What loe suka sama gw? Haha yo becanda aja loe nih ‘’celaku kepada rio’’
Ify yang cantik jelita gw nih serius ‘’puji rio padaku’’
Hehe makasih udah bilang gw cantik ‘’kataku tersipu malu’’
Jadi gimana nih cantik’ku, kamu mau gak jadi kekasihku ‘’tanya rio’’
Ehm gimana yah yo, ehm? Iya deh ‘’jawabku kepada rio
Hah serius fy, hem makasih ya sayang ‘’kata rio lalu memeluk erat tubuhku’’
# tanggal 22-08-09 itulah tanggal jadianku dengan rio, yah sudah hampir
1tahun lebih aku pacaran dengannya, dan itu sangat membuat hariku
Lebih berarti jika bersamanya!
Tapi setelah berapa lama, hubunganku dengan rio agak renggang dan
Hampir putus. Yah kalo ditanya kenapa?
Aku jawab saja karena orang ke3, yah orang ke3 itu bernama
Ashilla zahrantiara, dia merupakan sahabat karibku,
Waktu itu aku pernah mengajak rio pergi yah sekedar rekreasi saja!
Tapi dia menolak dengan alasan acara keluarga!
Dan esoknya akupun mengajak dia pergi jalan-jalan lagi, tapi hasilnya
Masih saja tetap sama, yaitu dia menolak ajakanku, yah dengan alasan
Yang ia buat-buat! Dan akhirnya akupun pergi bersama temanku,
Sebut saja dengan sivia atau via, aku bersamanya pergi ke sebuah mall
Untuk membeli sebuah kado, karena dihari esok
Mamahku ulang tahun!
Sesampainya di mall
@mall
Aku bersama sivia langsung memasuki sebuah toko baju,
Dan akhirnya setelah mencari-cari ternyata baju yang aku cari pun ketemu!
Dan aku pun langsung mencari tempat kasir, untuk membayar baju tersebut
Dan stelah membayar akupun langsung keluar dari toko tersebut!
Dan aku langsung mengajak via utk mencari makan!
Karena perutku sudah banyak yang demo utk diisi makanan!
@restaurant
Aku dan sivia pun langsung mencari bangku yang kosong,
Dan matakupun langsung tertuju oleh kursi bernomor.20 yang tidak ada
Penghuni, Dan setelah itu akupun langsung memanggil pelayan
Untuk memesan makanan!
Loe pesen apa vi? ‘’tanyaku kepada via’’
Gw ngikut loe aja deh fy, ‘’jawab via’’
Oke mbak aku mesen pizza 2 dan jus’melon 2 ‘’jelasku pada pelayan’’
Setelah pelayan datang membawa makanan dan minuman yang telah dipesan
Tadi, aku dan sivia pun langsung melahap makanan tersebut!
Suasana makan yang tadinya santai, kini menjadi menghebohkan,saat
Sivia memegang pundakku dan berkata
Ehh fy, itu bukannya rio ya? Pacar loe ‘’kata via sambil menjulurkan
Jari telunjuknya kearah rio’’
Mana vi? ‘’tanyaku’’
Itu loh ‘’kata via ‘’
Oh iya vi ‘’jawabku singkat dan langsung menghampiri rio yang sedang
Bersama wanita lain, dan wanita itu adlah shilla’’
# dari kejauhan aku melihat bibir manis shilla menempel dengan bibir manis rio
Sungguh hancur hatiku melihat pertunjukan seperti itu, shbat (?)
Bersama dengan pacar(?) yang sedang kissing!
Dan setelah aku melihat apa yang dilAkukan antara pacar dan sahabt,
Akupun langsung mendekati mereka ,.
Meja nomer 26 yah itu adlah meja yang diduduki oleh rio dan shilla,
Sesampainya disana akupun langsungg mengambil air minum dan
Langsung menumpahkan air minum tersebut diatas kepala rio,
# Saat rio melihat kebelakang ingin sekali ia marah kepada orang yang telah
menumpahkan air minum tersebut, tetapi amarah rio tertahan karena
ia sangat kaget melihat aku yang sudah ada dibelakangnya sambil
memegang sebuah botol air minum.
i..f..y ‘’ucap rio terbata-bata’’
ehm fy gw bisa jelasin semuanya ‘’sambung rio’’
udahlah yo loe gak usah ngejelasin apa-apa lagi, loe tuh klo memang
pengen ketemu sama simpenan loe bilang aja, gak usah pake ngelak acara
keluarga segala ‘’ucapku sinis’’
fy, plese loe dengerin dulu penjelasan dari gw ‘’ucap rio’’
udahlah yo, I’m fine ‘’ucapku bohong’’
udah yuk vi kita balik ‘’sambungku lalu menarik tangan via utk pulang kerumah’’
sesampainya dirumah
@rumah
Dirumah akupun langsung memasuki kamarku dan langsung menjatuhkan
Badanku diatas kasur! Sambil menutup mataku menggunakan bantal,
Itulah yang dapat aku lakukan Agar issakan tangisku tidak terdengar! Tapi
apadaya isakkan’ku begitu kuat
Shingga orang yang berada diluar kamarku mendengar isakkan tangisku,
IFY.. ‘’terdengar seorang wanita yang sedang memanggil namaku’’
Iya , siapa? ‘’jawbku singkat’’
Aku sivia, boleh masuk? ‘’tanya sivia’’
Ydah masuk aja vi ‘’jawabku seraya memperbolehkan sivia masuk kekamar’ku’’
#sivia pun langsung memasuki kamar ify,
Udahlah fy, gak usah difikirin masalah yang tadi ‘’kata sivia’’
Ya gimana ya vi, gw gak nyangka aja sama mereka ‘’jelasku’’
Ydahlah lupain aja, toh gak ada untungnya ‘’kata sivia’’
Hm iya deh ‘’jawab ify’’
Setelah beberapa lama sivia dan ify berbincang-bincang, tiba-tiba BB ify pun
Berdering!
Saat ify melihat layar BB nya ternyata yang menelfon ify adalah rio,
Saat tau rio yang menelfon ify pun langsung menonaktifkan BB nya!
Siapa fy, kok dipatiin? ‘’tanya via’’
Rio ‘’jawabku singkat’’
Kok gak loe angkat’’ tanya via lagi’’
Kurang kerjaan gw ngangkat telfon dari dia ‘’jawabku sinis’’
#keesokan harinya
Hoam ahh udah pagi ‘’kataku yang baru saja terbangun dari mimpi
Indahku ‘’
Ify cepat mandi, lihat sudah jam berapa ‘’teriak seorang wanita parubaya’’
Iya mah ‘’jawabku ogah-ogahan lalu melihat jam weker ‘’
OMG udh jam segini ‘’kataku lalu membuang jam wekernya lalu mengambil
Handuk’’
#setelah mandi akupun langsung memakai seragam sekolahku,
Dengan rambut panjangku yang aku biarkan terurai, dan dengan dihiasi
Bandana berwarna merah akupun terliht lebih cantik
Setelah semuanya sudah beres akupun langsung menuruni satu persatu anak
Tangga dengan lari kecil,..
Ify gak sarapan dulu ‘’tanya mamahku’’
Gak mah ify sarapan dikantin aja ntar keburu telat ‘’kataku sambil mencium
Tangan kedua orangtua ku dan langsung berangkat kesekolah.
@sekolah
Pass aku mau masuk kedalam sekolah, dari kejauhan terlihatlah
Peria tampan yang sedang berdiri sambil membawa setangkai mawaar merah
Semakin lama akupun melihat jelas siapa pria tampan itu,
Yaps ternyata dia rio,
Fy maafin gw ya, gw bisa jelasin semuanya ‘’jelas rio smbil memegang
tanganku’’
udahlah yo loe gak usah jelasin apa-apa lagi ‘’kataku’’
tapi fy, ‘’jawab rio’’
udhlaah yo lepasin tangan gw ‘’kataku sinis’’
gak!! gw gak akan ngelepasin loe sebelum loe maafin gw ‘’bentak rio’’
lepas ‘’kataku seraya melepaskan tanganku yang sedang digemgam oleh rio,
tapi apa daya genggaman rio sangat kencang shingga aku tak bisa
melepaskannya’’
please fy maafin gw ‘’kata rio lalu menarik tanganku dan memeluk erat
tubuhku’’
#entah apa yang terjadi padaku, saat rio memelukku perasaanku
Seperti nyaman sekali ada didekatnya, apalagi dalam dekapan tubuhnya,
Tapi saat setelah lama aku berada dalam dekapannya,
Akupun langsung melepaskan dekapan itu dan langsung pergi meninggalkan rio.
@kelas
Sesampainya aku dikelas akupun langsung meletakkan tasku di atas meja,
Saat aku sedang meletakkan tas dimeja, aku melihat sebuah kertas berwarna
merah, saat aku buka kertas itu tertuliskan bahwa
FOR: IFY
FORM: RIO
MAAFKAN AKU FY, AKU TAK BERMAKSUD UNTUK
MENGECEWAKANMU
ternyata kertas berwarna merah itu dari rio untukku,
yang hanya bertuliskan kata MAAF, aku pun langsung menyobek
kertas tersebut lalu membuangnya dikotak sampah!
#6jam kemudian
Teeet..teet suara bel pun berbunyi yang berarti semua murid
Sudah waktunya untuk pulang,
Akupun langsung bangkit dari mejaku dan langsung pulang,
Tapi saat aku ingin keluar dari gerbang, terlihat rio yang sedang menungguku
Disana!
Akupun langsung pura-pura tidak melihatnya,
Tapi apadaya dia yang melihatku, dan tiba-tiba saat rio melihatku,
Diapun langsung menarik tanganku dan membawaku kedalam mobilnya,
Rio loe nih apa-apaan sih gw ini mau pulang, ngapain loe narik tangan
Gw dan masukin gw kedalam mobil loe ‘’kataku sinis’’
Kalo loe mau pulang tenang ntar gw anterin pulang,
Tapi ntar soalnya gw pengen ngomong empat_mata sama loe ‘’jawab rio’’
#sepanjang perjalanan akupun hanya diam-diaman dengan rio, sesekali
Aku melihat rio, akupun melihat dia sedang curi pandang padaku,
Dan setelah lama ternyata mobil rio berhenti disebuah pantai
Ngapain loe bawa gw kesini ‘’tanyaku sinis’’
Sebagai permintaan maaf ‘’kata rio sambil menggenggam tanganku’’
Tuhan aja mau maafin umatnya yang bersalah, sedangkan kamu,
Masa kamu gak mau maafin aku ‘’jelas rio’’
Please maafin aku ya ‘’mohon rio sambil mencium tanganku’’
Iya gw udah maafin loe kok yo, tapi kayaknya hubungan kita sampai
Sini aja deh yo ‘’jawbku ’’
Loh kok gitu fy, apa semuanya gara-gara waktu itu,
Kalo emang Ini semua gara-gara itu gw minta maaf banget fy ‘’mohon rio’’
Bukan kok yo, gw ngerasa aja kalo kita itu gak cocok ‘’kataku
Lalu keluar dari mobil rio dengan lari tergesa-gesa’’
#akupun masih saja lari dengan lamunan dan pandangan yang tidak jelas,
Sampai-sampai suara klakson mobil pun tidak terdengar olehku,
Sudah berapa kali klakson mobil dibunyikan tetapi tetap saja aku masih
Dengan lamunanku,
Dan tiba-tiba
Buarkkkk ‘’ suara tabrakan pun mulai terdengar oleh masyarakat disekitar
Pantai tersebut dan akhirnya masyarakat itupun langsung menghampiri
Korban tabrakan tersebut, dan saat rio melihat kerubunan masyarakat,
Rio pun langsun menghampiri tempat itu,
Rio pun langsung kaget saat melihat yang tertabrak adalah aku,
IFY ‘’kata rio sambil memeluk tubuhku yang penuh dengan lumuran
darah’’
pak tolongin temen saya pak, ‘’kata rio kepada seorang bapak’’
#bapak itu pun lagsung menggotong tubuhku dan memasukan aku kedalam
Mobil rio, dan stelah itu rio pun langsung membawaku kerumah sakit.
@rumah sakit
sus tolongin temen saya dok, dia habis kecelakaan ‘’kata rio panik’’
#suster itupun langsung membawaku kedalam ruang UGD dan
Akupun langsung ditangani oleh dokter,
Tapi apadaya dokterpun yang tugasnya menyelamatkan orang yang sedang
Sakit, tapi ternyata aku yg sedang sakit pun tidak bisa diselamatkan olehnya.
Mungkin memang sampai sini cerita hidupku.
Setelah dokter keluar dari ruangan UGD, rio pun langsung
Menaynyakan keadaanku,
DOK dimana keadaan teman saya ‘’kata rio seraya menggoyankan tubuh
Dokter tersebut’’
Ehm maaf dek saya sudah coba menyelamatkan teman adik,
Tapi saya gak bias ‘’kata dokter yang membuat rio kaget’’
Apa dok gak munkin pasti dokter bohong kan?
‘’tanya rio dengan mata yang sudah berkaca_kaca’’
Maaf dik saya sudah berusaha, tapi tetap saja tidak bias ‘’ucap dokter
Sekali lagi’’
Gak dokter pasti bohong sama saya ‘’kata rio sambil berlari meninggalkan Ruangan tersebut.
#setelah rio meningglkan ruangan tersebut, diapun langsung pergi ke taman,
Yah taman itu adalah taman yang digunakan untuk menembak seorang gadis
Cantik yang ia sayangi! Yaitu ALYYSA SAUFIKA UMARI
Taman itu merupakan tempat kenangan teridah saat rio bersama ify,
Rio pun mengingat kejadian dirumah sakit tersebut,
Tapi saat iya mengingat semua itu, issakan nya pun mulai muncul,
IFY kenapa loe ninggalin gw, gw kan udah minta maaf sama loe,
‘’teriak rio sambil menangisi kepergian ify’’
Apa memang bener loe udah gak sayang sama gw,
Fy Apa gw bisa jalani hidup tanpa loe? GAK BAKALAN BISA FY,
GW SAYANG SAMA LOE ‘’teriak rio seraya melepaskan penat
Yang ada dihatinya ‘’
TAMAT

KETIKA CINTA DI PISAHKAN WAKTU

Pintu yang berat itu terdengar berbunyi di buka oleh orang-orang.Terlihatada dua orang wanita muda yang masuk melalui pintu yang terbuka tadi,dengan menggunakan pakaian ala indonesia. Dari jauh terlihat jelas bahwa dua orang itu adalah kakak beradik,karena air muka mereka tampak jelas sekali tidak ada perbedaan yang tertua di antara mereka bernama Putri dan adiknya bernama Tari. Ketika asyiknya mereka menikmati indahnya pemandangan dan ikan-ikan yang ada di akuarium itu, sampai-sampai mereka tidak sadar kalau merekalah orang yang paling pertama datang ke gedung akuarium itu. Karena sudah terlalu lama mereka berada di situ,tiba-tiba Putri ingin mengajak adiknya Tari untuk pulang. Namun Tari tidak memperdulikan itu,matanya terus tertuju pada ikan-ikan yang indah dan berwarna warni yang ada di pojok gedung akuarium itu.”Wah....indahnya ikan-ikan ini” terdengar suara dari mulut Tari memuji ikan itu. Dari alunan suara itu tampak sekali perbedaan kedua bersaudara itu,Putri adalah orang yang tidak mudah kagum akan sesuatu, akan tetapi dia lebih memikirkan pekerjaannya sebagai seorang putri desa, lain halnya dengan Tari dia adalah seorang anak yang mudah kagum akan sesuatu, dan dia tidak memikirkan nasib dirinya sendiri.
Hari sudah menunjuki pukul 09.00,dan terdengar bunyi orang membuka pintu yang kedua kalinya. Terlihat dari pojok gedung itu tampak sekelompok keluarga masuk kedalam gedung akuarium itu.Yang tertua di antara mereka berjalan dengan begitu cepat menuju ikan yang indah-indah di dalam gedung akuarium itu. Melihat kegirangan saudara-saudaranya itu,tak kuasa yang paling bungsupun juga memaksa turun dari pangkuan ibunya dan ikut berlari bersama saudara-saudaranya. Tak lama kemudian masuklah seorang pemuda yang berpakaian rapi dan mengenakan jas berwarna kehitam hitaman. Sesampainya di dalam gedung, pemuda itu terus melangkah hingga sampai di tempat Putri dan Tari. Melihat dua gadis itu ia tak tahu apa yang akan di lakukannya,satu cowok dan dua gadis.
”To”, panggil anak kecil dari beberapa bersaudara tadi memanggil kakaknya yang tertua di antara mereka yaitu Toto. Sambil berjalan dan melihat ikan-ikan yang ada di akuarium tersebut, tanpa di sadari nya kalau ia sudah tersesat ke tempat orang yang tidak di kenalinya.”Tante”panggil anak itu. Mendengar panggilan itu dengan cepat Tari menoleh kepada anak itu.”Iya......” jawab Tari. Anak itupun terdiam dan bingung, karena ternyata yang dia panggil itu bukanlah orang yang dia kenal, dan ternyata ia sudah tersesat ke tempat orang yang lain. Tak lama kemudian datanglah ibu dan kakak-kakak nya. Melihat keluarga yang harmonis itu langsung terpancar senyum manis dari wajah Tari. ”Adek...mau cokelat ??” tanya Tari. Mendengar pertanyaan itu,langsung anak tadi berjalan ke tempat laki-laki yang baru masuk tadi,dan kemudian dia mengambil cokelat itu. Setelah dia mendapatkan cokelat itu, kemudian dia langsung berlari dengan penuh riang gembira menuju kepada saudara-saudaranya dengan maksud untuk memamerkan cokelat tersebut.
Waktu sudah menunjuki pukul 11.00 WIB, tak lama memudian keluarlah Putri dan Tari dari dalam gedung tersebut. Merekapun langsung mengambil sepeda yang mereka simpan di tempat parkiran sepeda, dan langsung bergegas pulang. Akan tetapi,di tengah perjalanan mereka bertemu lagi dengan laki-laki tadi yang ada di akuarium tempat mereka berkunjung tadi.
”Siang nona-nona....” sapa laki-laki itu,
”Siang juga.....” jawab Tari.
“O ya....,ngomong-ngomong kalian mau ke mana, kok sepertinya buru-buru.....”
“I ya ni mas, kami memang lagi buru-buru, soalnya ayah sudah menunggu kami di rumah rumah dari tadi malahan”
“O... gitu ?? kalau gak keberatan kita pulang sama-sama saja”Pinta laki-laki itu.
“Emangnya mas mau kemana...???” tanya Putri.
“Saya mau pulang ke rumah, rumah saya terletak di jalan Cendrawasih, komplek Mawar no 02.”
“O..... kalau gitu kebetulan dong, rumah kami juga terletak di jalan cendrawasih.”
“Ya sudah kalau kalian tidak keberatan, boleh saya ikut dengan kalian berdua...???”
“Tapi gimana ya.....,soalnya kami harus kepasar dulu untuk beli oleh-oleh buat bibi di kampung.”
“O..... gak masalah,kebetulan saya juga mau cari makanan di pasar.”
Karena asyiknya mengobrol,sampai-sampai mereka lupa kalau mereka sudah sampai di pasar.Padahal merea belum juga belum kenal satu sama lain.
“Eh Tar... seprtinya kita sudah sampai di pasar” cetus Putri di balik keseriusan mereka.
“O......iya ya kita sudah sampai ni”
“Mas, kami cari pesanan ayah dulu ya”
“O iya ya.... silakan, biar saaya tunggu di sini aja ya...”
“ O... gak usah repot-repotlah mas, mendingan mas pulang aja dulu”
“Ngak..., ngak masalah ko biar saya tunggu saja di sini, kebetulan saya juga mau cari makanan dulu.”
“Ya udah deh,kalau memang mas maunya gitu, ya terserah mas ajalah”
Setelah Putri dan Tari mencari pesanan ayahnya, merekapun langsung pulang.Di tengah asyiknya perjalanan, tiba-tiba laki-laki yang dari tadi bersama mereka menanyakan nama mereka.”Mbak, saya boleh tanya sesuatu gak sama mbak berdua, soalnya engkan dari tadi kita mengobrol tapi saya dan mbak kan belum kenal satu sama lain...”
“Boleh.....apa ??” tanya Putri.
“Saya Cuma mau tanya siapa nama mbak berdua ini, kalau nama saya Andika.”
“Saya salah satu dari mahasiswa di Universitas Indonesia.”
“Kebetul saya lagi menyelesaikan sekripsi ujian akhir saya
“Wah keren banget, ungkap Tari.”
“Kalau saya ......”
“O... ya, nama saya Putri dan ini adik saya namanya Tari.”
“Saya seorang putri desa di desa ini dan adik saya sekarang lagi kulyah di Universitas Teknologi Bandung. Akan tetapi Tari orangnya paling cepat kagum akan sesuatu.Maklum sejak di tinggal ibunya, dia memang suka di manja sama ayah.
“Eh... jadi malu ni” cetus Tari.
“Sementara saya sendiri lagi sibuk mengurus organisasi perkumpulan putri-putri desa, dan di tambah lagi harus mengurus rumah, ayah, dan adik saya ini.”
“Emangnya ibu kalian kemana....” tanya Andika.
“Ibu kami sudah lama meninggal, sekarang kami hanya tinggal bertiga dengan ayah.”
“O gitu......”
“maaf saya gak bermaksud buat kalian sedih”
“Nggak apa-apa ko mungkin ini smua sudah kehendak Allah.”
“Ya si, tapi saya harap kalian harus sabar dan tetap tabah ya...”
“terutama kamu Tari,kamu harus bantu kakak kamu, kan kasihan dia, sudahlah sibuk dengan pekerjaannya di tambah lagi harus mengurus rumah, kan kasihan....”
Tak lama kemudian Tari dan Putri pun tiba di persimpangan jalan rumah mereka.”Andika mungkin kita harus berpisah sampai di sini, karena kami tinggal di jalan ini, ngak jauh kok, paling-paling lima menit dari sini, sudah sampai.” Cetus Putri
Akhirnya Putri, Tari dan Andika pun berpisah di tengah jalan.Sepanjang perjalanan pulang, Andika hanya terbayang-bayang wajah kedua gadis itu, apalagi dengan Tari yang dari tadi hanya bercanda dan selalu penuh senyuman kepadanya.
Sesampainya di rumah, Putri danTari sudah di tunggu ayahnya, karena mereka ingin pergi ke rumah bibi mereka.Tak lama kemudian merekapun berangkat ke rumah bibi mereka, untuk mengantar hadiah yang mereka belikan tadi sekaligus untuk menjenguk keponakan mereka yang sedang sakit.
Pagi-pagi sekali Andika sudah pergi ke kampusnya. Dengan wajah yang penuh kegembiraan,diapun terus mengayuh sepedanya.
“Ya Allah, seandainya pagi ini kau pertemukan aku dengan Tari, mungkin aku tak bisa berkata- kata lagi untuk memujimu.” Ucap Andika kepada dirinya sendiri.
“Kring...kring...”
Bunyi suara sepeda di belakang Andika.
“Pagi mas...” sapa Tari
“Hay....pagi juga” sahut Andika.
“Wah cantik banget,” ungkap Andika dalam hati
“Mas....ko ngelihatnya seperti itu, apa ada yang salah atau ada yang aneh gitu dengan saya” tanya Tari.
“Ngak..., ngak ko ngak ada yang salah apalagi aneh.”
“lalu apa dong....”
“gini saya heran aja , dan gak nyangka aja kalau pagi ini bisa bertemu dengan orang uang secantik dan semanis dirimu”
“ii....., mas ini gombal deh.”
“ngak..., emang benar kok, kamu pagi ini terlihat tampak lebih cantik dari pada kemaren, jangan-jangan kamu mau ketemu pacar kamu ya....”
“ pacar......... saya belum punya pacar mas, kalaupun ada ya.... itu mas kali.”
“sorry.....,Cuma bercanda.”
Sambil tertawa mereka terus mengobrol sampai di depan kampus Andika.
Sekembalinya Tari ke rumah, dia tampak ceria dan mulai senang untuk mengurus bunga-bunganya lagi dan mau membantu kakaknya. Sampai-sampai kakak dan ayahnya pun heran melihat tingkah laku Tari akhir-akhir ini. Itu semua terjadi saat Tari mengenal Andika dan mungkin karena kedekatan mereka.
Andika adalah anak pak Sunarto, salah satu orang yang terpandang di desa makmur. Dia juga selalu perduli akan kebutuhan orang lain dan keluarganya.
Hari itu tampak Andika lebih awal dari hari biasanya pergi ke kampus. Di tengah perjalanan ke kampus. Pikirannya hanya tertuju pada Tari. Maklum mereka juga sudah sangat dekat. Tiba-tiba taripun muncul dari belakang Andika, seraya mengucapkan,”selamat pagi tuan......”Andika ppun terkejut bukan kepalang, dia sungguh tak menyangka kalau pagi itudia bisa bertemu lagi dengan Tari. Soalnya sudah tiga hari dia tidak berjumpa dengan Tari, karena Tari ikut pergi ke desa untuk menjenguk bibinya di sana,
“Wah... kamu cantik sekali Tari”
“ kamu tu ya paling bisa kalau merayu dan bercanda.”
“ enggak...., saya tidsk bercanda, tapi ini kenyataan.”
“mm....... terima kasih ya atas pujiannya.”
Tari memang terlihat sangat cantik, apalagi baju yang dia pakai sangat mndukung wajahnya, wajar aja kalau dia trlihat sangat cantik.
“o ya kamu hari ini ada acara tidak..”
“ kalau tidak ada boleh dong saya main ke rumah kamu, sekalian berkenalan dengan ayah kamu”
“ kalau acara si gak ada tu”
“ pi saya mau bantu kakak mempersiapkan undangan buat perkumpulan putri desa lusa”
“ soalnya kakak saya terpilih sebagai ketua umum perkumpulan putri desa”
“O gitu, kalau memang lagi sibuk, lain kali aja deh saya main ke rumah kamu ya.....”
‘ bolehkan.......”
“ Iya, pasti boleh kok, nanti mas datang saja ke rumah saya, kebetulan ayah juga lagi libur.”
Pagi itu tepat pukul 08.00 Andika bergegas untuk pergi ke rumah Tari. Dia memakai baju kemeja lengan panjang berwarna putih dan di lapisi dengan jas hitamnya, dan dia klihatan lebih tampan sekali dari biasanya. Setelah sampai di rumah, Andika duduk di halaman rumah yang di penuhi kembang dan mawar berwarna putih yang begitu harum baunya.
“Subhanallah...., indah sekali kebun bunga ini” ucap Andika kekaguman
Tak lama kemudian Tari pun keluar dari rumahnya untuk menemui Andika yang dari tadi sudah menunggunya di perkarangan rumahnya.
“Pagi mas.....” sapa Tari
“ eh..... kamu, pagi juga”
“maaf ya sudah membuat mas lama menunggu”
“O... gak kok, saya juga belum terlalu lama datang”
“ ngomong-ngomong mana kakak dan ayah mu”
“Ko sepi sekali rumah ini”
“o... itu, kakak lagi sibuk untuk persiapan kongres kongres putri desa besok dan ayah lagi mandi”
“ mas masuk yok”
Sambil menunggu ayah Tari keluar kamar, mereka sibuk mengobrol yentang putri desa yang akan di adakan besok. Apalagi yang akan bicara untuk memberikan sambutan adalah kakak Tari sendiri yaitu Putri.
“Kakak saya memang selalu sibuk untuk mengurus organisasinya, apalagi mereka sekarang sudah bekrja sama dengan perempuan-perempuan kota untuk di jadikan anggota organisasi mereka.” Ungkap Tari di tengah keheningan.
“mengapa kamu tidak mau bergabung dengan organisasi kakak mu itu...”
“ ya si....,sebenarnya saya mau ikut, tapi saya gak tahu caranya, apalagi sayakan belum berpengalaman.”
“kalaulah kamu mau masuk organisasi itu,pastilah kamu akan mendapat pengalaman yang luar biasa apalagi bisa bertemu dan bisa berkenalan dengan perempuan di bangsa kita ini.”
“akhir-akhir ini perkumpulan para pemuda Indonesia juga gak kalah hebatnya dari apa yang kakak mu lakukan.”
“ ya, nanti saya akan coba mendaftarkan diri saya ke sana dan kalau di terima, maka saya akan berusa untuk membawa nama baik perempuan bangsa ini, agar menjadi perempuan yang kuat dan bermatabat di mata dunia.”
“Kalau kamu memang serius,maka saya akan dukung kamu”
Akhirnya ayah Tari pun keluar untuk menemui mereka. Setelah sekian lama mereka mengobrol, Andika pun meminta izin untuk membawa Tari jalan-jalan. Dan ternyata ayah Taripun mengizinkan. Setelah mendapatkan izin dari sang ayah, Tari pun bersiap-siap untuk pergi. Tak lama kemudian Tari dan Andika pun pergi untuk berjalan-jalan. Sementara itu kakak Tari di panggil ayahnya keluar dan di suruh ayahnya untuk menunggu adiknya sampai pulang.
Dari balik kaca rumah,Putri melihat adiknya yang berjalan teramat mesra laksana sepasang kekasih. Dari kejauhan dia masih tetap saja memandang gerak gerik adiknya itu hingga akhirnya tak terlihat lagi. Putri pun tampak termenung di beranda rumah,dia seperti melamunkan sesuatu.
“Toto, kalau saja kamu masih di sampingku hingga saat ini, pasti saya tidak akan merasa kesepian seperti ini, dan saya juga merasa iri dengan kebahagiaan adik saya dan temannya Andika.” Ucap Putri sambil menangis.
Dia sepertinya teringat dengan bekas tunangannya dulu, dan mungkin saja dia masih menyimpan rasa rindu di hatinya terhadap tunangannya itu,akan tetapi dia selalu mencoba unt k mengubur rasa itu dari dari dalam hatinya, hingga dia memutuskan untk mencari pengganti toto. Karena dia tidak ingin di sakiti lagi untukedua kalinya. Hal itu juga yang mungkin menyebabkan dia jadi keras dan tidak cepat kagum akan sesuatu,lain halnya dengan Tari dia memang belum merasakan di khianati cinta.
Di sepanjang perjalanan Andika dan Tari selalu bercanda tawa tanpa mengenal lelah dan memperdulikan waktu.sampai pada saat di mana tempat yang mereka tuju telah di dekati,lalu merekapun tmpak bersiap-siap untuk turun ke bawah air terjun yang sangat indah.
“Wah, luar biasa sekali Allah menciptakaan alam dan pemandangan yang seindah ini.”cetus Tari yang kagum akan keindahan alam yang di ciptakan oleh sang illahi itu.
“Tari kamu harus ingat apa kata ayahmu tadi, kamu jangan sampai terlalu kagum akan sesuatu.”
“O.... gak kok”
“saya hanya terharu saja pada keindahan alam di kaki pegunungan ini.”
“soalnya tempat ini selalu mengigatkan saya pada sang bunda dan masa kecil saya.”
“dulu saya selalu di ajak bunda untuk pergi ke tempat-tempat seperti ini, dan sekarang saya sudah tidak bisa merasakan itu lagi hanya baru kali ini.” Ucap Tari sambil meneteskan air mata.
“Tari, maafkan saya”
“ saya tidak bermaksud membuat kamu sedih, saya hanya mau ingatin kamu pada pesan ayah kamu tadi.”
“O..... gak apa-apa kok,ini semua memang salahku yang terlalu larut akan semua ini.”
Waktu sudah menunjuki pukul 17.30 WIB, dan kini Tari dasn Andika harus bergegas pulang. Karena mereka tidak ingin mengecewakan dan membohongi ayah Tari.
“Andika, sepertinya kita harus lekas pulang, karena hari sudah terlalu sore, nanti kita di cari ayah”
“ ok, kalau begitu saya ambil tas dulu ya.”
“O.... ya silakan.”
Padahal baru saja Andika ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Tari, tetapi mereka harus segera pulang. Supaya mereka tidak di cari sama ayahnya Tari. Tak lama kemudian Tari dan Andika pun muncul di pekarangan rumah Tari, di situ hanya tampak kakaknya Tari yang dari tadi menunggu mereka pulang.
“Andika sepertinya itu kakak,” ucap Tari.
“I ya...... itu memang kakak kamu yang lagi nungguin kamu.”
“Assalamualaikum........” sapa Tari dan Andika kepada putri.
“Waalaikumusallam......”
"Eh kalian sudah pulang”
“bagaimana jalan-jalannya, Asyik gak”
“O...... itu, pasti dong”
“jalan-jalannya asyik bangat”
“Hai Andika.....”
“Hai juga ......”
“ O ya masuk yok, nanti saya buatin air. Mungkin kamu haus, karena sudah satu harian jalan-jalan”
“ Tari kamu tunggu di sini bentar ya, kakak mau ambilkan air dulu kedalam.”
“E...... sudahlah Putri gak usah repot-repot, lagi pula saya mau pulang”
“Kasian mama di rumah sendirian.”
“Sekali lagi terima kasih aja atas tawarannya, sekarang saya permisi pulang dulu ya.”
“O ya silakan”
“Andika, terima kasih ya atas.........” Tiba- tiba ucapan Tari dia hentikan sambil dia tersenyum dengan manisnya.
Andikapun bergegas pulang ke rumahnya, karena dia tidak mau membiarkan mamanya sendirian di rumah sore-sore seperti ini. Maklum ayahnya memang lagi tidak ada di rumah. Sesamapainya di rumah Andika langsung masuk ke dalam sambil mengucapkan salam.
“Assalamualaikum.......”
“ ma......mama.....” panggil Andika mencari mamanya.
“waalaikumsalam.......”
“ Ada apa si Dika kamu kok teriak-teriak.”
“ seperti orang gila saja.”
“ Ah... mama ini, bisanya Cuma becanda aja.”
“ O ya ma,Dika mau mandi dulu ya. Soalnya badan Dika sudah bau bagat ni, habisnya satu harian main di bawah sinar matahari dan air terjun di bawah kaki gunung Cempaka.”
“ Ya sudah, cepat mandi sana.......”
“Jangan lupa shalat lalu baru kamu boleh istirahat.”
“ ok deh mam....., tugas akan segera hamba laksanakan.”
Kongres putri desapun dimulai, dan tampak Putri lagi bersiap-siap untuk menyampaikan sambutan kepada para peserta yang hadir. Dan tampak di situ ada seorang putri yang cantik sekali. Siapa lagi dia kalau bukan Tari adiknya Putri.
Tak lama kemudian Putripun berjalan menuju panggung dan naik ke atas mimbar yang di sediakan panitia penyelenggara kongres tersebut, untuk memberikan sambutan sekaligus membuka acara tersebut. Setelah ia di persilakan oleh pembawa acara, suara riuh tepuk tanganpun menghempas ruangan yang tadinya sunyi. Setelah Putri menyampaikan isi sambutannya, suara tepuk tangan yang tadinya ribut serentak hilang seketika. Kemudian Putri berbicara tentang martabat wanita Indonesia yang hancur disebabkan oleh ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, tak lama kemudian gedung yang tadinya sunyi kini terdengar kembali oleh suara riuh tepk tangan para peserta kongres yang hadir. Ketika Putri memberi semangat dan gambaran tentang wanita-wanita Indonesia masa kini.
Kongres itupun akhirnya selesai setelah Putri menutup acara tersebut dan turun dari panggung kehormatannya. Tampak para peserta mulai sibuk keluar dari gedung sambil bersalaman dengan Putri dan yang lainnya. Hanya Tarilah yang masih duduk di bangkunya sampai para peserta tadi keluar semua. Putri pun datang mendekati Tari, dan merekapun bergegas untuk pulang ke rumah. Disepanjang perjalanan Tari selalu ingat akan pesan kakaknya tadi waktu memberi sambutan.
“ kita sebagai wanita Indonesia yang lahir di desa harus bisa bangkit dan jangan mau di perbudak oleh kaum laki-laki.” Kata-kata itu selalu teringat oleh Tari
Sesampainya dirumah Putri langsung pergi menuju ruang dapur, dan dia melihat banyak sekali barang-barang yang kotor. Kemudian, dia langsung membersihkannya. Lain hal nya dengan Tari, ketika sampai di rumah dia langsung masuk kamar dan langsung istirahat. Tak lama kemudian, ayah merekapun pulang kerumah dan melihat Putri yang lagi sibuk membersihkan dapur. Melihat keuletan anak pertamanya itu dalam mengurus rumah tangga, tiba-tiba dia teringat akan almarhum istrinya dulu.
“ Bu.... kalau kamu masih hidup, pasti anak kita gak akan seperti ini.” Ucap ayah Putri sambil menangis. Mendengar suara ayahnya di luar, Putripun langsung keluar menemui ayahnya itu.
“Eh..... ayah, sudah pulang yah???
“ Gimana yah keadaan bibi apa sudah baikan atau mungkin masih sakit....”
Sambil menyapu air matanya, didi menceritakan keadaan saudaranya itu kepada putri.
“ Putri bibimu sekarang sudah sembuh, dan sudah bisa bekerja lagi.”
“ Kamu sendiri gimana apa kongresnya berjalan dengan lancar.”
“iya yah... kongresnya lancar-lancar aja kok tadi.”
“ yah, saya mau tanya sama ayah.”
“Gimana kalau adik saya keluar aja dari anggota putri desa....”
“Ya... kalau itu si ayah masih kurang berani mengambil keputusan, soalnya kasihan adikmu dirumah tidak ada yang mau dia perbuat”
“iya....ya, ayah benar juga.” “ nanti kalau Tari keluar dia mau kerja apa....”
Hari sudah menjelang sore, tampak Putri dan Tari lagi asyikduduk berdua di beranda rumah sambil bercanda.
“ Tari ayo kita masuk.....” “sepertnya hari sudah mau magrib, kan tidak enak di lihat tetangga kalau kita nongkrong di teras magrib-magrib begini”
“Ayo...., saya juga sudah capek bercanda terus apalagi sama kakak.”
“Bosan ah.....”
“Seperti gak ada nuansa baru.”
“Udah ah....kamu ini, ayo masuk”
Akhirnya Putri dan Taripun masuk kedalam rumah,lalu merekapun shalat berjamaah bersama ayahnya. Sungguh keluarga yang sejahtera walaupun keluarga mereka sudah kehilangan satu orang yang sangat berpengaruh besar di keluarga itu dan yang sangat mereka sayangi. Siapa lagi kalau bukan ibu mereka yang sudah tiada saat mereka masih kecil.
Pagi-pagi sekali, Putri sudah bangun. Dan dia langsung mempersiapkan sarapan untuk ayah dan adiknya. Tak lama kemudian, ayah dan adiknya pun bangun, dan ayahnya langsung bergegas mandi karena mau pergi bekerja. Sebelum berangkat ayah Tari sarapan terlebih dahulu baru di ikuti Tari dan Putri. Merekapun sarapan bersama-sama. Setelah selesai sarapan,Taripun langsung pergi ke sekolah. Sungguh tiada disangka dan diduga kalau hari ini dia juga bertemu dengan Andika. Ditengah perjalanan mereka tampak asyk mengobrol layaknya sepasang kekasih. Padahal mereka hanya sebatas teman biasa.
“Tari apa kamu ada waktu hari minggu nanti.....”
“waktu apa......?”
“Waktu kosong....”
“Kalau ada saya mau mengajak kamu pergi ketempat yang belum pernah kita kunjungi di desa ini.”
“Ada....”
“Ok... kalau begitu nanti saya tanya sama ayah boleh apa tidak.”
“Kalau boleh kita langsung pergi, tapi kalau tidak diizinkan mas jangan kecewa ya.”
“Pastinya dong.”
Sekembalinya Tari kerumah, diapun langsung berjumpa dengan ayahnya dan diapun mencoba meminta izin kepada ayahnya. Namun ayahnya tidak mengizinkan, karena hari minggu nanti akan di adakan kongres lanjutan. Sebagai lanjutan dari kongres beberapa hari yang lalu. Taripun memahami hal itu,dan diapun menuruti apa yang dikatakan ayahnya. Hari minggu itupun ternyata Andika pergi kerumah orang tuanya di kota baru, karena dia sudah memasuki waktu liburan dan ingin menghabiskan liburannya disana.
Pagi itu tampak kedua bersaudara itu sudah bersiap-siap untuk menghadiri kongres lanjutan, dengan pakaian kebaya yang mereka kenakan menambah indahnya suasana di pagi itu. Kongres itupun dimulai, setelah Putri masuk dan naik ke atas mimbar.
“saudara-saudara sepertinya kalian sangat jemu mendengar saya berbicara di depan sini, membaca nasihat-nasihat yang sangat manis untuk kaum perempuan ini. Tetapi, saudara-saudara harus ingat selalu akan hal itu. Supaya kita bisa menjaga harkat dan martabat wanita bangsa ini."
" supaya untuk menjaga wanita itu agar jangan cepat insyaf akan kedudukannya, akan nasibnya yang nista ini.itu semua harus kita lakukan demi melindungi kaum wanita dari kejahatan dan aib.dengan jalan jalan demikianlah maka perempuan kita akan berguna dimata dunia.”
Panjang lebar Putri menyampaikan nasihat demi menjaga wanita bangsa ini. Agar menjadi wanita yang kuat dan besar.
Kongres itupun akhirnya usai dan para peserta memberikan tepuk tangan dan semangat serta penghargaan kepada Putri, atas kepandaiannya dalam memimpin. Putri dan Taripun langsung pulang kerumah karena mereka sudah di tunggu ayah mereka. Hari itu mereka di ajak ayahnya pergi ke rumah bibinya.
Sudah satu minggu Andika di rumah orang tuanya, kini diapun ingin kembali ke kampung halamannya untuk meneruskan kulyahnya yang sudah masuk semester akhir itu. Namun dia juga masih ingin tinggal lebih lama lagi dengan orang tuanya di kota baru karena dia sudah lama sekali tidak bertemu dengan orang tuanya itu.
Tari dan Andikapun kini bisa berjalan bersama lagi, setelah hampir satu bulan mereka tidak bertemu. Mereka duduk berdua diatas batu besar yang hitam kehijau-hjauan oleh lumut. Andika mengenakan jas berwarna hitam dan berdasi sutra yang kemerah-merahan. Dibahunya tersandang tali botol termos yang di gantung pada sisi lengannya,dan tangan kanannya di pegangnya topi berwarna hitam. Tari yang memakai baju putih dan rok hitam yang menutupi lututnya. Kakinya hanya dibaluti oleh kaus yang lebih tinggi sedikit dari mata kakinya. Dipangkuannya dipegangnya sebuah bungkusan kecil. Keduanya takjub melihat kehadapan, kepada air terjun yang gemuruh bersorak terjun iri atas tebing yang rapat ditumbuhi rumpun bambu. Berputar-putar dan berombak-ombak, air yang baru jatuh itu terkumpul dibawah didalam jurang dan pada suatu tempat ia mengalir diantara batu-batu yang besar.
Tiada jauh dari mereka, berdiri empat orang anak muda. Dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Diatas t ebing kelihatan beberapa orang laki-lakiberpakaian padu. Sementara itu, dari atas tebing dibelakang mereka senang tiasa kelihatan orang datang.
“Mengapa kamu dia saja.....”
Tari mengangkat mukanya yang kemerah-merahan karena sinar matahari dan memandang kepada Andika agak keletihan rupanya.
“Saya agak lesu.....” katanya perlahan hampir tiada kedengaran. Mendengar jawaban Tari itu, segera berubah muka Andika dan tampaknya dia agak cemas.
“ kamu sakit Tari.....” suaranya terang menyatakan bahwa ia agak khawatir melihat rupa Tari ketika itu. Tapi Tari menggelengkan kepalanya dengan senyum antara kelihatan dan tiada.
“ sakit si tidak, tapi saya agak letih”
“ Saya dari dulu memang kurang kuat menahan letih.”
“ Kalau saya sudah berlari cepat-cepat, pemandangan saya dan nafas saya agak sesak.”
“ Ya badanmu budan badan yang kuat, saya salah dari tadi tidak ingat akan hal itu.” Kata Andika agak menyesal.
Andika memandang ke sekelilingnya untuk mencari tempat duduk yang baik. Lalu dilihatnya dibelakang mereka ada batu yang besar, lalu berkata ia kepada Tari.
“ Tari. ..., ayo kita kesana ke batu dekat tebing itu, engkau boleh beristirahat disana sesukamu.”
“ Ah... tidak mengapa, disini saja paling juga sebentar lagi letih saya akan hilang.” Jawab Tari membantah, ia tidak ingin menunjukan kelemahan yang di lebih-lebihkan.
Tetapi andika tidak dapat disangkal lagi,ia merasa tanggungan yang dipikulnya amat besar. “ Tidak.....tidak....., engkau harus duduk disana.” Ucapan yang setetap itu tidak terlawan oleh Tari. Iapun berdiri dan bersama-sama Andika, pergi kebatu ditepi tebing itu. Andika mengeluarkan dua buah bingkisan roti dari sakunya dan diberikannya sebuah kepada Tari.
” Marilah makan ini dulu, badanmu akan dikuatkannya kembali.”
Sementara itu, mereka bercakap-cakap juga. Bertambah lama bertambah asyik, sebab lambat laun Tari hilang pula letihnya. Andika menceritakan kebesaran dan keindahan alam didaerahnya tempat ia lahir. Hutan yang luas, danau yang besar dan indah dan jalan yang berbelit-belit dan berliku. Bercahaya-cahaya mata Tari mendengar cerita Andika akan keindahan negerinya. Dan didalam hatinya yang mengagumi anak muda itu tergambarlah segala hal yang didengarkannya itu.Tari mencoba berdiri dan berjalan-jalan, seolah-olah dia berada ditenpat kelahiran Andika. Andikapun sedikit tertawa melihat tingkah laku Tari yang berubah secara spontantanitas itu.
“ kamu sudah kuat Tari.......”saya takut nanti harus mengendong orang pula pulang ke rumah.” Ejek Andika kepada Tari.
“ Ya... saya tahu akan hal itu, sebab engkau tidak akan kuat mengendong saya” jawab Tari sambil tertawa. Mukanya yang merah karena panas lebih memerah lagi menginsyafkan arti perkataan yang keluar dari mulutnya dengan tiada di ketahuinya itu, dan dibuangnyalah mukanya ke tempat lain karena dia agak sedikit malu untuk memandang andika.
“ Kalau tidak letih ternyata Tari lucu benar.” Ujar Andika dengan tenang. Baiklah kita naik keatas berjalan-jalan disana.” Iapun berdiri pula, diambilnyalah setangan alas duduk Tari, dikiraikannya beberapa kali, lalu dimaskkannya kedalam sakunya. Tari mengambil lebih buah anggur yanh terletak diatas batu dengan tangannya.
“Indah benar tempat berjalan dibawah bambu ini” ujar Tari seraya memandangkan matanya mengikuti jalan yang teduh dihadapan mereka.
“ Ini pertama kali saya berjalan kemari, di Jakarta tidak ada tempat berjaan hari minggu seperti ini dan seindah ini.”
Perasaan bahagia yang menahan kegembiraan hati mereka. Langkah mereka memberat dan percakapan yang riang, penuh canda dan tawa melembut seperti belaian yang halus.
“ Mengapa kamu diam pula……..” kata Andika tiba-tiba setelah mereka lama berjalan dengan tiada terkata-kata. Tari mengangkat mukanya melihat kepada Andika dan matanya yang besar hitamdan jelita itu berat rupanya. Senyum yanh tertahan membayang pada wajahnya. Andika segera membuang mukanya melihat mata gadis yang menghimbau itu. Ia menolak perasaan yang ghaib merasuk qalbunya. Tari melihat kepada bunga kembang setahun yang tumbuh terpencil di bawah bunga Marygold yang gembira memuncakan kembangnya yang kuning.
“ Bagus benar bunga ini,” ujar Tari.
“ kalau kita di Jakarta, tentu sudah saya cabut bunga ini untuk ditanam di rumah.”
“Tidak usah engkau cabut, ambil saja kembangnya yang tua. Cukuplah itu ditanam”
“O ya, kalau begitu baiklah kamu yang menyimpannya, saya hendak mencucukannya di kelopak bajumu.maukah kamu…..”
Dengan tiada menanti jawaban lagi,seeralah Tari memetik bunga itu. Iapun mendekati Andika dan tangannya yang halus memegang kembang setahun itu, dan memasukannya kedalam kelopak baju Andika. Sementara itu,Andika dengan pesat mengamati gadis yang sangat dekat dengannya itu. Rambutnya yang hitam lebat teranyam, mukannya yang merah bercahaya tersenyum ditahan. Sebentar terasa kepadanya tangan yang halus itu gemetar pada dada bajunya. Sesuatu perasaan nikmat yang sejak dari tadi melingkungi kedua muda remaja itu. Dari mulut Tari keluar ucapan agak gemetar, tatapi nyata menyuarakan kepastian seseorang yang yakin akan kemenangannya.
Tari tiada membantah lagi, tetapi mukanya yang memucat di tundukannya kebawah dengan tiada berkata sesuatu apapun. Pada mata Tari kelihatan kepadanya berlinang air mata dan mesra meminta mengemetarlah suaranya untuk pertama kali seumur hidupnya.
“ Tari….Tari….. tahukah kamu kalau saya cinta padamu….” Badan Tari gemetar dan melemah lalu diapun terjatuh ke tangan Andika dan seraya menengadah dengan pandangan penyerahan, keluar dari mulutnya bisik lesu hampir-hampir tiada kedengaran.
“Lama benar kamu menyuruh saya menanti kata-katamu…..” tak dapat lagi dia meneruskan ucapannya, sebab Andika menundukan kepalanya ke arah Tari dan menutupkan bibirnya ke atas bibir Tari. Dan dalam curahan cinta pertama yang mengemetarkan badan mereka yang muda remaja itu,menjauh mengaburlah keinsafan mereka akan tempat dan waktu.
Sama-sama mereka berjalan dengan penuh mesranya berpegangan di antara pohon-pohon bambu yang sayu berdesir-desir ti tiup angin. Ketika tiba di seberang mereka turun ke bawah ke tepi anak air. Beberapa lamanya mereka melangkah dari batu ke batu. Sekelilingnya indah nan permai seperti biasanya di tengah alam, dan indah nan permai seperti biasa pula pujuk dan cumbu asyik maksyuk muda remaja berdua dalam limpahan perasaan cinta pertama yang penuh harapan.
Tari telah menceritakan kepada Putri bahwa dia telah berjanji kepada Andika untuk menjadi istrinya di kemudian hari.
Pada suatu malam, sesudah makan gadis berdua itu berkumpul dikamar tidur mereka. Putri duduk di meja membaca buku, sedangkan Tari berguling-guling ditepi tempat tidur sambil membaca sebuah roman. Di luar sejak dari petang tadi tidak berhenti-hentinya hujan turun. Beberapa lamanya Tari melamun di beranda menantikan kekasihnya yang tiada juga kunjung-kunjung datang.
Putri sudah lama memperhatikan cara Tari membaca itu, geli hatinya melihat ia yang tiada beralih-alih dari halam yang dibacanya itu. Beberapa kali telah ia tegur Tariyang melamun menghadapi buku, tetapi hal itu tiada diperdulikannya. Tak beberapa lama kemudian, kembalilah Tari kekamarnya, mukanya pucat merengut. Dengan suara yang gemetar oleh amarah yang ditahan-tahan, berkatalah ia kepada Putri “ kamu jahat benar kak, menipu saya seperti itu.” Banyak yang tak dapat dikatakannya, lalu dibantingkannya badannya ke tempat tidur, seraya menangis tersedu-sedu.”Engkau selalu mengganggu saya, engkau tidak tahu bagaimana perasaan saya” ujar Tari tersendu-sendu.
“Tidak…. Tidak…., saya tidak akan mengganggumu lagi, saya menyesal akan perbuatan saya tadi. Maafkanlah saya Tari….” Di tariknya tangan Tari perlahan-lahan supaya melihat kepadanya lalu berkatalah dia “ Tari mengapa engkau sebodoh itu……” Putri hanya berolok-olok .
“Masa yang seperti itu sudah menangis, kamu bukan anak-anak lagi”
“Ya… kamu ngak tahu perasaan saya , bagaimana ibanya hati saya” jawab Tari dengan nada yang agak tinggi bunyinya, seraya menelan sedunya dan menghapus air matanya.
“Masakan saya tidak tahu perasaanmu, sebab saya tahu perasaanmulah saya hendak member nasihat kepadamu…” sebentar terhenti Putri seraya melihat kepada adiknya itu, lalu katanya pula ” Tari….kamu I ni terlampau menuruti perasaanmu.”
Tari tiada dapat menahan hatinya lagi. Ia hendak mempertahankan dirinya, ia tidak boleh memperkenankan cintanya kepada Andika di cela seperti itu. Dengan suara yang terang menyatakan tiada senang hatinya mendengar nasihat saudaranya itu, katanya “saya cinta kepadanya dengan seluruh hati saya. Maumu saya berbohong dan pura-pura tidak mencintai dia gitu.”
Putri berbuat seolah-olah dia tidak tahu bahwa saudaranya marah dengan nasihatnya. Dengan sabar dan tenang sebentar-sebentar menekan perkataannya, seolah-olah hendak menenangkan fikirannya senyata-nyatanya mungkin, berkatalah ia “ maksud saya bukan menyuruh kamu berbohong dan pura-pura tidak cinta dengan dia.”
“Tidak sama sekali saya menyuruh kamu begitu.”
“Saya hendak menunjukkan kepadamu bahwa cintamu yang tiada ditahan-tahan seperti sekarang ini, bearti merendahkan dirimu kepadanya.”
“terlampau kamu menyatakan bahwa hidupmu amat bergantung kepadanya, bahwa kamu tidak dapat hidup lagi , kalau tiada dengan dia.”
Ah…. Kamu ingin mengatur orang pula, saya cinta padanya. Biarlah saya mati daripada saya berpisah dari dia.”
“Apapun akan saya kerjakan untuknya.”
“Saya tidak takut dijadikan sahaya. Saya tahu dia cinta juga kepada saya.”
“Saya percaya kepadanya dan saya tidak sekali-kali merasa hina menyatakan cinta saya itu padanya.” Jawab Tari dengan tegas mematahkan segala perkataan kakaknya yang menyakitkan hatinya yang masih luka itu karena di nasihati kakaknya seperti tadi.
“ Engkau tidak usah memperdulikan urusan saya, saya tidak minta nasihatmu.”
Rupa-rupanya hendak menyala pula amarah Putri, jika dia tidak dapat menyabarkan dirinya. Setelah itu, sunyilah di dalam kamar itu. Putri memaksa dirinya untuk membaca buku, tatapi gelisah duduknya terang menyatakan bahwa hatinya belum reda. Dan ti tempat tidur diam terlentang Tari dengan hati yang iba bercampur sebal dan amarah.
Sunyi sepi, hari berganti hari. Sudah sebulan lebih Tari di rumah sakit. Ada kalanya setiap hari dia bertemu dengan ayahnya yang sedang ada disana, tetapi ada pula kalanya sampai seminggu tiada dikunjungi orang. Sekali-kali datang orang yang tiada di sangka-sangkanya, kenalan yang hendak mengunjungi kerabatnya yang dirawat di rumah sakit itu. Hal itu membawa kegembiraan hatinya yang tiada disangka-sangka baginya.
Sejak dari semula Tari tahu bahwa diantara orang sakit yang banyak itu dia termasuk orang yang berat sakitnya. Kadang-kadang berhari-hari panas badannya, ia batuk-batuk memuntahkan darah. Waktu yang demikian tiadalah dia boleh meninggalkan tempat tidurnya. Dan apabila senua orang pergi ke luar berjalan-jalan di sekitar rumah sakit itu, melayanglah pikirannya kepada sekalian orang yang di kasihinya. Kekasihnya,ayahnya,dan saudaranya.kadang-kadang tringat dia akan bundanya yang telah lama berpulang. Dalam waktu yang demikian amat terasa kemalangan hidupnya di rumah sakit yang sepi di lereng gunung itu. Jika ia masih dapat mengangkat badannya, maka seringlah dia melihat dari jendela kaca ke luar kearah pegunungan yang indah. Sering tiada dapat ia iba hatinya dan menangislah ia tersendu-sendu.
Tetapi apabila badannya agak sehat dan ia di perbolehkan keluar untuk berjalan-jalan layaknya seperti orang sakit yang lain,maka dirinya seperti hidup kembali. Puaslah ia mengecap keindahan daerah disekeliling rumah sakit yang susah di cari tandingannya itu. Tiada terasa kepadanya waktu habis, apabila ia berjalan di antara kembang-kembang aneka warna yang amat subur naik ditanah pegunungan itu. Laksana hidup di surgalah dirinya yang suka akan warna dan kepermaian itu, melancong-lancong di sekitar rumah sakit itu.
Semua rempat yang dekat disitu dikunjunginya, selalu kakinya yang lemah itu, tiada terasa penat-penat kakinya namun ia masih tetap saja berjalan menikmati indahnya alam pegunungan disekitar rumah sakit itu. Nikmat terasa olehnya pemandangan dari bangku tempat duduk di dataran rendah , nikmat terasa kepadanya menengadah ke atas melihat ke puncak gunung yang bersembunyi di balik awan. Dan kemana sekalipun dia memandangang ,di segala penjuru nampak kepadanya kegirangan hidup yang mesra di atas tanah yang mewah membagikan kekayaan kepada dunia.
Sejak dari pagi-pagi tiada berhenti-henti hujan turun, berama-sama dengan angin kuatyang begitu dahsyat. Pohon-pohon sekitar rumah sakit itu terbuai tertunduk-tunduk seraya gemuruh menderu-deru dan berciut-ciut. Di gunung-gunung kabut yang tebal berkejar-kejaran, sangat cepat tiada habis-habis lakunya. Langit yang putih kelabu berat turun kebawah samapai menyatu dengan pelarian kabut di lereng gunung.
Pada pagi yang seolah-olah seluruh alam mengamuk itu, terbaring Tari tiada bergerak-gerak di tempat tidurnya. Matanya memandang jauh kehadapan, tetapi tidak ada sesuatu apapun yang kelihatan olehnya. Kecil dan jauh terpencil, ditinggalkan segala orang terasa kepadanya, dirinya pada pagi-pagi yang gemuruh itu. Rasa iba dan pilu melayangkan pikirannya, tiada tertahan-tahan. Sebentar ia ingat kepada kekasihnya Andika yang sudah lama dan hampir jarang mengunjunginya.
Teringat kepadanya, bahwa ia akan meminta kepada juru rawat dan dokter, supaya Putri dan Andika dapat tiap-tiap hari datang mengunjunginya. Ah, rasanya permintaan itu akan di kabulkan, sebab hari senin seminggu lagi telah habis pula libur orang berdua itu dan lama pula ia akan berjumpa lagi dengan mereka.
Tari mengubah letak bantalnya sedikit, sebab ia hendak menghadap kepada jendela kaca yang tertutup, yang lantang memberi pemandangan kesebelah barat. Nampak kepadanya sebentar kabut terangkat dan terlihatlah puncak gunung yang berwarna hijau kehitam-hitaman. Bersandar pada langit yang rata putih kelabu-labuan. Di lerengnya masih berkejar-kejar kabut menutup pemandangan, tetapi agak kebawah banyak kelihatan kehijau-hijauan hutan dan kebun, mengabur dalam hujan yang turun tiada henti-hentinya.
Pemandangan yang suram kea rah gunung yang dibaluti awan dan kabut, bertambah dalam perasaan sayu dalam hati Tari. Terasa benar kepadanya kemalangan nasibnya. Telah hampir dua bulan ia terbaring dalam rumah sakit itu. Usahakan penyakitnya berkurang, dua hari yang lalu ia dipindahkan ke kamar khusus seorang diri. Tahu ia, bahwa ia di asingkan itu oleh karena penyakitnya bertambah parah. Telah banyak orang yang diasingkan kemari tiada hidup lagi keluar. Sering ia bertanya kepada dirinya “ akan demikian pulakah nasib ku ini…..”
Dan pagi-pagi ini pertanyaan itu lebih-lebih datang merasuk kedalam hatinya.
“Kalau begini rasa-rasanya saya hanya menunggu waktunya saja lagi.”
“Betapakah akan rasanya nanti mati, tidak lagi melihat dan mendengar, menunggalkan segala hal yang dicintai dan disayangi untuk selama-lamanya.
Matahari telah hampir terbenam dibalik gunung tanah baru. Bernyala-nyala rupa mega diwarnainya, kuning, merah, dan ungu. Di lembah-lembah dan di lereng gunung telah turun kekaburan senja, tetapi puncak-puncak yang menengadah ke langit merah membara turut menyayikan laguan warna.
Di seluruh rumah sakit yang putih jernih dikaki pegunungan itu, sunyi senyap seolah-olah iapun tiada hendak mengusik kepermaian alam pada senjanya itu.
Dalam kamar tempat Tari masih Putri dan Andika duduk tiada bercakap-cakap diatas bangku masing-masing. Kesunyian alam di luar masuk kedalam kamar kecil yang bersih itu,berat mengeri menyelap kedalam qalbu orang bertiga itu.
Hari ini adalah hari yang terakhir bagi Putri dan Andika untuk mengunjungi Tari. Pagi-pagi besok keduanya akan bertolak ke Jakarta, sebab libur mereka telah habis. Sangat berat terasa kepada mereka akan meninggalkan Tari, apalagi oleh karena penyakitnya yang rupa-rupanya makin bertambah parah. Dokter sudah berbisik kepada Andika, bahwa penyakit Tari sudah susah untuk mengobatinya. Dinyatakan kekhawatirannya kalau usahanya hanya sia-sia.
Bagi Tari perpisahan dengan kedua orang yang dicintainya itu lebih berat lagi. Meskipun penyakitnya tiada menjadi ringan barang sedikitpun, tetapi dalam seminggu ini tiada terkata-kata bahagia rasa hatinya setiap hari bisa bertemu dengan tunangannya dan kakaknya itu. Dan sekarang waktunya ia akan di tinggalkan Andika dan Putri itu, betapa amat pilu rasa hatinya dan berbagai-bagai pikiran menghantui dirinya.
Dari tempat tidurnya Tari memandangkan matanya keluar jendela. Keindahan permainan benda di langit datang mendorong kalbunya tiada tertahan-tahan lagi. Dan sedang di lamun kesedihan perpisahan dengan kedua orang yang di cintainya itu. Lebih-lebih terasa kepadanya perbedaan keadaan dirinya dengan keindahan tamasya alam di sekelilingnya.Tetapi meskipun demikian sekejab tertarik terhanyut juga hatinya yang pemuja keindahan itu oleh kepermaian pemandangan ketika itu, sehingga sebelum dapat di insyafkannya telah keluarlah dari mulutnya antara kedengaran atau tidak “Alangkah indahnya tamasya di senja ini, coba kalau saya masih bisa menikmatinya pasti akan saya rasakan ….”
Mendengar ucapan Tari itu Andika dan Putri sejurus memalingkan matanya ke luar jendela dan keindahan alam pada pertukaran siang dan malam itu masuk kedalam kalbu mereka mendalamkan perasaan sayu dan pilu akan perpisahan yang amat lekas, tiada dapat ditunda lagi.
Andika mengeluarkan arlojinya dan dari mulutnya keluar seperti riak air yang tiada berarti dan bermakna.” Lima belas menit lagi pukul enam.”
Di tundukannyalah kepalanya melihat ujung sepatunya. Sekejap lamanya diangkatnya pula mukanya dan iapun melihat kepada kekasihnya yang terbaring di tempat tidur. Pada saat itu bertemu matanya dengan mata Tari yang kebetulan sedang mengamat-amati perangai tunangannya itu. Senyum yang di paksa membayang pada muka yang berjorokan tulang itu menyerupai seringai dan berat mengeluh selaku setelah perjuagan batin yang hebat itu.
Andika berdiri pula sambil mengeluarkan arlojinya dan dari mulutnya keluar kata-kata” tinggal dua menit lagi pukul enam.” Kedua-duanya berdiri tegak dekat kepala Tari untuk mengucapkan selamat tinggal. Sama-sama mereka bersungguh-sungguh memberi nasihat kepada Tari supaya jangan menuruti hatinya, ia jangan sekali-kali berputus asa. Sekali lagi Putri dan Andika memberi nasihat kepada Tari, sekali lagi mereka mengatakan bahwa ia mesti sembuh, maka diucapkan merekalah” selamat tinggal kepada juru rawat dan Tari.”
Dalam senja raya yang sejuk itu berjalanlah orang berdua itu dengan tiada bercakap-cakap barang sepatah katapun. Diseluruh tanah pegunungan itu malam telah mulai menyiratkan gelapnya. Mega hanya tinggal kekelabu-labuan dan disana-sini masih tampak kekabur-kaburan warna ungu lembayun, laksana jejak cahaya matahari yang telah turun dibalik gunung padu perkasa yang biru hitam rupanya. Di langit bertambah lama bertambah banyak kelihatan bintang kemilau mengerlip memandang dunia.
Andika dan Putri terus berjalan ke bawah menuju auto yang akan membawa mereka kembali ke rumah. Berbagai-bagai pikiran dan perasaan mengacaukan jiwa mereka. Waktu terus berjalan. Keresik gugur, gugur ke bumi dan puncak muda memecah, memecah pula di ujung dahan.” Hhuuhh…. Alangkah lekasnya waktu berjalan…..”
Hari masih pagi-pagi dan di perkuburan dekat kota Baru, tiada beberapa jauh dari rumah Andika sunyi senyap. Tempat manusia melepas lelahnya setelah perjuangan hidupnya itu, ketika itu tempat beristirahat yang sunyi dan aman. Tak ada suatu bunyi ataupun suara yang ganjil yang mengusik ketenangan yang mulia dan kudus itu.
Dari kejauhan terlihat dua orang anak muda datang sambil membawa untaian bunga mawar yang indah.mereka tidak lain adalah Andika dan Putri. Mereka datang ke kuburan itu hanya untuk berjiarah ke makam orang yang sama-sama di cintainya itu.
Pada batu nisan pualam putih terlukiskan sebuah nama yang tiada lain adalah Tari.
“Tari berpulang 10 Januari 1992.”
Ia wafat dalam usia yang ke 22 tahun.
Tidak lama kemudian, perkebunan itupun sepi kembali tanpa ada satu suarapun. Sementara itu,Putri dan Andika telah beranjak pergi meninggalkan perkuburan itu, walaupun berat hati kedua orang itu meninggalkan tempat itu. Terus, auto mereka melancar, berbelok-belok menurun kebawah ke tempat kerja manusia di tengah-tengah perjuangan dengan sedih dan senangnya………….
TAMAT

Penantianku yang Panjang

Aku tersenyum menatap sun set yang indah di pinggir pantai bersama lelaku yang sangat aku cintai. Kak Tyo,dialah kekasihku yang baru satu bulan ini mewarnai hari-hariku. Ya,sudah 1 bulan aku dan dia menjalin hubungan. Aku merasa sangat nyaman berada di sisinya. Dia mampu membuatku tersenyum,membuatku tertawa dan membuat segala yang ada hidupku menjadi berwarna. Aku tak bisa membayangkan jika hari-hariku tak ditemani olehnya. Kak tyo adalah cinta pertama bagiku. Walaupun dia bukan pacar pertamaku. Namun dia adalah orang yang pertama kali memperkenalkanku dengan arti cinta sesungguhnya. Rasaku padanya tak bisa kutuliskan dengan jelas oleh tinta. Yang aku tahu,aku sangat mencintainya,dan tak mau kehilangannya.
Gina,dia adalah sahaba sekaligus teman sebangkuku di sekolah,yang dengan setia selalu mendengarkan curhatanku tentang Kak Tyo. Gina tahu persisi tentang perasaanku terhadap lelaki itu. Bahkan jika aku ada masalah dengan kak Tyo,dialah orang pertama yang kudatangi untuk menciratakan masalah kami. Dan pastinya dia akan menjadi pendengar setia curhatanku. Hingga akhirnya ketakutanku berubah menjadi nyata ...
****
Sore itu aku sedang membeli buku bersama teman cowok sekelasku - Rian,di mall. Dan sungguh aku tak menyangka bahwa Kak Tyo melihat kami berdua dan mengira ada hubungan di antara kami.
Malam itupun menjadi malam air mata bagiku. Karena Kak Tyo memutuskan semua tali cinta yang sudah W setengaj bulan ini kami rajut. Ia memutuskan begitu saja hubungan kami,tanpa melihat hatiku yang hancur berantakan. Aku benar-benar tak bisa melakukan apa-apa lagi. Entah berapa banyak sudah air mata yang jatuh mambasahi pipiku,berapa banyak sudah kata-kata yang keluar dari mulutku,yang intinya aku tidak Kak Tyo pergi dari sisiku. Berkali-kali kujelaskan bahwa tak ada sesuatu apapun di antara aku dan Rian. Namun percuma,kak Tyo tatap tak mengubah keputusannya.
"Rasa sayang kakak cepet hilang,kalo orang itu udah nyakitin kakak" kata-kata inilah yang keluar dari mulut kak Tyo,setiap kali aku meminta maaf padanya. Namun dia tetap pada keegoisannya. Ia tetap pergi meninggalkanku. Seoal-olah sudah tak sayang lagi padaku.
Dan yang bisa ku lakukan saat itu hanyalah menangis dalam pelukan Gina. Kata-kata Gina yang menghiburku,tetap tak ku indahkan. Aku terlalu sibuk dengan hatiku yang hancur. Hanya air matalah yang mampu berbicara saat itu. Menggantikan bibir yang sudah tak mampu mengucapkan kata-kata. Hidupku tanpa kak Tyo,bagaikan sebuah pil pahit yang harus kutelan tanpa harus meminum air.
***
Semenjak kak Tyo memutuskan hubungan kami,ia jarang menghubungiku. Telpon serta sms-smsku tak di indahkannya. Ya..dia masih sibuk dengan keegoisannya yang tidak memikirkan diriku di sini-yang masih mengharapkan dia kembali dalam pelukku. Namun lagi dan lagi,aku hanya bisa menangis.
"Udahlah oliv..ngapain kamu mikirin kak Tyo..yang jelas-jelas cuma nyakitin kamu.." Kata Gina "nanti malah kamu tambah sakit liv.." Sambungnya. Aku menarik nafas dalam-dalam.
"Aku gak peduli Gin..yang aku tahu..aku sayang kak Tyo..aku masih ngarepin dia kembali Gin.." Kataku sambil meneteskan air mata.
"Iya aku tahu..tapi gak sebaiknya kamu kaya gini terus..liat tuh..di bawah mata kamu ada lingkaran hitam,kamu sering tidur tengah malam yaa.." Ucap Gina khawatir.
"Kak Tyo bener-bener udah ngerubah hidup aku Gin..dia pergi di saat aku sayang banget sama dia..dia sama sekali gak mikirin perasaan aku Gin..aku gak kuat..aku lemah tanpa dia.." Kataku masih dengan air mata yang terurai.
Gina memelukku,dia tahu persis keadaanku yang sangat lemat saat itu. Dan tiba-tiba aku merasa tulang belakangku sangat nyeri. Seperti terkena hantaman kayu yang sangat kuat. Hingga nyeri itu mematikan kesadaranku. Aku pingsan !!
****
Aku terbangun,dan kulihat mama, papa,kak Loli dan Gina mengelilingi tempat tidurku. Mata mereka terlihat sembab,seperti orang yang habis kebanjiran air mata.
"Mama..aku gapapa kan?" Kataku. Namun saat aku hendak bangun,nyeri di tulang belakangku datang lagi. Kali ini aku benar-benar tak bisa bergerak. Aku seperti terkena lumpuh total. Dan kulihat air mata mama yang kian menderas. Aku bingung.
"Mama kenapa ma? Aku gapapa kan..aku baik-baik ajakan ma..pa.." Kataku. Namun semua tetap bungkan. Seolah tak mendengar suaraku yang parau. "Kak Loli..Gina.. Aku kenapa..kenapa tubuh aku sangat nyeri kalo aku gerak? Kenapa mama sama papa nangis? Kenapa..jawabb.." Sambungku dengan air mata yang mulai menetes.
"Olivia..kamu sabar yaa dek.." Kata kak Loli.
Sabar??? Apa maksudnya. Apa sesuati telah terjadi padaku?
"Olivia.." Kali ini papa angkat bicara. "Olivia harus kuat ya..Olivia harus janji gak bakalan ninggalin kita semua di sini.." Kata papa.
"Aku kenapa pa? Apa aku sakit?" Kataku menanggapi kata-kata papa.
"Oliv..Olivia terkena kanker tulang belakang sayang.." Sambung papa.
Aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Lagi dan lagi,air mata mengalir deras membasahi pipiku.
"Oliv udah di vonis dokter,bahwa hidup oliv gak bertahan lama..hanya sekitar.." Kata papa terputus.
"Sekitar berapa pa? Berapa lama aku bisa bertahan?" Kataku dengan suara yang terbata.
"Sekitar 2 bulan sayang.." Kata papa akhirnya.
Kulihat wajah mama yang bersembunyi di balik bahu papa. Aku tahu perasaan mama saat itu. Beliau tak kuasa memandang ke arahku. Beliau tak bisa berkata apa-apa. Yang ia bisa hanyalah menangis. Lengkap sudah penderitaanku. Setelah kehilangan kak Tyo,aku juga harus berjuang melawan penyakit ganas yang mematikan ini, Kanker Tulang !!
Aku menangis. Kulihat wajah Gina yang basah oleh air matanya. Dan dia mengembangkan senyum getirnya ke arahku. Ya..dia adalah orang yang munafik. Dia masih bisa tersenyum menutupi kesedihannya. Dari dialah aku beljar tegar mengahadapi masalah apapun. Kulihat semua orang di ruangan itu tengah terdiam dengan air mata yang terus berbicara. Aku mencoba tersenyum.
"Mama..papa..kak Loli..Gina..udah ya,gak usah nangis lagi..aku bakal berjuangmelawan penyakit ini,supaya aku tetap di sini sama kalian semua..kalian do'ain aku yaa" kataku.
"Kita pasti do'ain kamu sayang" kata mama.
"Dalam do'a kita..nama kamu selalu hadir liv.." Kata Gina masih dengan senyum getirnya.
"Maksih yaa..tapi..kalo nanti aku pergi..kalian jangan terus-terusan sedih ya..aku pergi karena udah takdir aku..Tuhan udah ngatur semuanya..dan aku yakin.. Tuhan pasti akan memberikan pengganti aku yang lebih baik dari aku.." Kataku dengan air mata yang sudah agak mereda.
"Kita semua sayang oliv..oliv pasti kuat menjalani semua ini..anak papa Olivia adalah gadis yang kuat..papa percaya itu.." Kata papa.
Ya..papa adalah orang yang percaya bahwa aku kuat. Dan benar,dari kecil sampai sekarang,papalah yang membuat aku percaya,membuatku kuat,dan membuat aku menjadi seseorang.
"Aku sayang papa..sayang mama..sayang kalian semua" kataku akhirnya.
****
Sore itu,aku terduduk di kursi roda yang didorong oleh Gina. Menikmati udara sejuk di taman RS. Tiba-tiba aku teringat kak Tyo.
"Gimana ya kabar kak Tyo sekarang..apa dia baik-baik aja..aku kangen dia..kangen banget.." Kataku sambil menatap langit sore yang berwarna keemasan.
"Sabar ya liv..kak Tyo pasti juga kangen kamu..percaya deh" kata Gina.
"Kayanya mustahil deh.." Kataku tersenyum sinis.
"Harus optimis dong..gini aja..kamu titipin salam kangen kamu ke kak Tyo melalui mega-mega yang cantik itu deh..kamu yakin kan..mega-mega itu pasti melewati tempat kak Tyo berada" kata Gina.
Ya..awan sore itu memang terlihat sangat cantik. Aku tersenyum.
"Awan-awan yang cantik..titip salam kangen aku buat kak Tyo yaah..sampein ke dia kalo aku kangen banget sama dia..aku masih sangat menyayanginya.." Kataku dengan memejamkan mata.
Gina tersenyum melihatku.
"Oh ya..titp pelukanku buat dia juga ya" sambungku.
"Jangan lupa lewat sini lagi ya awan..kasih tau balesan kak Tyo..hihi" ucap Gina. Aku tertawa kecil mendengarnya.
****
Pukul 09:00 minggu pagi tepatnya tanggal 10 agustus. Gina sudah berada di bangku taman bersama Kak Tyo. Ya..tanpa sepengetahuan Olivia,Gina menemui kak Tyo,untuk memberi tahu keadaan Olivia sekarang. Gina menceritak semua tentang keadaan Olivia,vonis dokter,sampai perasaan Olivia yang masihmencintai kak Tyo. Kak Tyo terlihat melamun setelah Gina selesai menceritakan semuanya.
"Gina harap kak Tyo mau menemui Olivia" kata Gina.
"Gin..kakak udah gak sanggup ngebohongin diri kakak sendiri..kakak emang masih sayang sama Olivia..kakak gak bisa ngelupain dia.." Kata kak Tyo.
"Trus kenapa kaka Tyo gak bilang itu ke Oliv? Gengsi? Norak ya kakak! Kakak tau gak..Oliv gini juga karena terlalu capek mikirin kakak! Tapi kakak gak ngerti sama sekali sama perasaan oliv.." Kata Gina marah.
"Iya,kakak emang salah,kakak bodoh,bodoh banget..kakak mau minta maaf sama dia.." Kata kak Tyo.
Tiba-tiba kak Tyo membisikan sesuati di telinga Gina. Sepertinya sebuah rencana. Gina nampak tersenyum mendengar kata-kata kak Tyo. Setelah itu ia mengacungkan jempolnya ke arah kak Tyo.
***
Pukul 18:30. Aku terbaring di atas ranjang rumah sakit. Saat itu hanya ada mama. Karena papa masih ada urusan di kantornya. Gina dan kak Loli dari tadi sore tak kelihatan batang hindungnya.
Tiba-tiba pintu terbuka dan sosok lelaku yang selama ini kurindukan muncul dari balik pintu. Kak Tyo..
***
Aku terduduk di kursi roda. Dan di sampingku berdiri kak Tyo. Saat itu kamu berada di lantai atas menatap bintang dengan tanganku yang di genggam erat oleh kak Tyo. Kak tyo tersenyum ke arahku dan membelai rambutku yang terurau panjang denga lembut.
Kubalas senyumnya dan tiba-tiba kembang api yang sangat indah muncul dia gelapnya langit sanagat itu. Cahaya dari kembang api tersebut sangat indah. Aku terpaku menatapnya. Tiba-tiba kak Tyo berlutut di hadapanku.
"Kakak.." Kataku.
"Adek..kakak sayang sama adek..kakak gak bisa terus-terusan bohongin diri kakak..kakak sayang adek..maafin kakak yaa..karena kesalahan kakak kemaren.." Kata kak Tyo dengan lembut,sambil menggenggam tanganku.
"Kakak..adek juga sayang kakak..tapi..keadaan adek sekarang.." Kataku terputus.
"Kakak gak peduli..yang penting kakak sayang adek..adek mau kan balekan sama kakak?" Kata kak Tyo lagi.
Aku mengangguk dengan cepat. Tiba-tiba kak Tyo mencium keningku. Dan saat itu juga,ratusan balon terlihat melayang-layang di langit. Aku terpaku menatapnya. Aku memang sangat menyukai balon. Namun balon itu terlihat sangat indah,karena di dalamnya ada lampu yang berwarna-warni.
"Balonnya bagus banget..ini semua.."Kataku sambil beralih menatap kak Tyo.
"Iya,ini semua kakak yang siapin buat adek" kata kak Tyo tersenyum puas.
Aku tersenyum sambil terus menggenggam erat tangan lelaki itu.
***
Sudah satu bulan aku di rawat di rumah sakit. Saat itu tanggal 10 september. Hari itu adalah hari yang special bagiku. Hari itu adalah hari ulang tahunku sekaligus hari dimana hubunganku dengan kak Tyo menginjak 1 bulan. Aku tersenyum puas hari itu. Aku merasa kebahagiaan sangat berpihak kepadaku.
Tak lama kemudian,papa dan mama memberikan kejutan kepadaku dengan membawakan sebuah kue tart besar berwarna ungu,nice cake!! Kak Loli dan Gina pun tak mau ketinggalan,mereka membawakanku boneka winnie pooh besar kesukaanku. Kak Tyo pun tak mau ketinggalan,ia membawakanku kue tart berhias winnie the pooh dan balon berwarna ungu. Sungguh kebahagiaan yang sangat tak bisa kulupakan.
***
Sore itu..masih dalam hari ulang tahunku. Aku terduduk d kursi roda yang didorong oleh kak Tyo di taman rumah sakit. Masih teringat olehku,saat aku menitipkan salam kangenku melalui mega-mega cantik,untuk kak Tyo. Dan saat ini,lelaku itu berada di sampingku sambil menggenggam erat tanganku. Aku bahagia sekali.
Namun saat aku tengah menikmati udara segar sore itu bersama kak Tyo,nyeri di tulang belakangku datang lagi. Bahkan saat ini sakitnya lebih hebat dari sebelm-sebelumnya. Kak Tyo yang panik langsung berteriak mencari suster. Dengan panik, suster-suster itu membawaku k ruang ICU. Saat suster hendak menutup ruang ICU tersebut,aku menahannya. Aku ingin mengatakan sesuatu kepada semuanya.
"Mama,papa,kak Tyo,Gina kak Loli..kalo nanti aku keluar dari ruangan ini dengan tubuh yang udah gak bernyawa lagi..ikhlasin aku pergi yaa..Tuhan udah ngabulin semua permintaan aku..kalau memang Tuhan akan ngambil aku sekarang..aku rela..aku rela kalo hari ulang tahun aku..juga hari jadi aku bersama kak Tyo..menjadi hari terakhir aku menatap senyum kalian..menatap sinar mentari..aku relaa..aku sayang kalian semua.." Kataku terbata.
"Mama sama papa sayang oli.." Kata mama beruaraian air mata.
"Oliv sahabat terbaik Ginaa" kata Gina.
"Olivia adalah adek terhebat kakak.." Kata kak Loli.
"Kakak sayang adek..kakak cinta adek .. Maaf buat semuanya sayang.." Kata kak Tyo.
"Iyaa..aku juga sayang kalian semua..mama papa..maafin kesalahan aku yaa" kataku akhirnya.
Dan akhirnya ruang ICU di tutup. Aku sudah tak sadarkan diri. Dokter terus berupaya menyelamatkanku dengat segala atal-alatnya. Namun takdir berkata lain. 10 september hari ualng tahunku,hari jadiku bersama kak Tyo,menjadi hari terakhirku menatap sinar mentari. Dunia sudah tak memperkenankanku untuk melangkah di atasnya. Namun aku pergi dengan tenang. Dengan kasih sayang mama papa,kak Loli, kasih sayang sahabat terbaikku,dan cinta lelaki yang sangat kucintai. Semua itu tertanam di hatiku.
"Kakak sayang adek..Tuhan..jaga Olivia baik-baik di sana yaa..jangan biarka dia tersakiti..dia adalah gadis yang sangat baik..Oliv..tunggu kakak disana ya..kakak pasti bakal nyusul adek..love you sayang.." Kata-kata kak Tyo mengiri kepergianku hari itu.
Aku tersenyum menatap keluargaku,sahabatku dan lelaku yang ku cintai dari atas.. Aku yakin Tuhan akan menjaga mereka semua.. smile emotikon
Ya.. Cinta yang tulus akan membuahkan ketulusan juga..jangan takut untuk mencintai seseorang yang tidak mencintai kita..karena tanpa kita sadari..Tuhan talah menitipkan sebagian hati kita di dalam hati orang itu..dan yakinlah bahwa orang itu akan menjadi milikmu selamanya... smile emotikon
TAMAT